Apa yang akan dihadapi kita tak pernah tahu tentangnya. Bulan yang akan datang, keesokan hari, beberapa menit kemudian, bahkan sedetik yang akan kita hadapi, kita tak tahu apa yang akan terjadi.
Suasana idul fitri masih terasa, banyak orang saling bersilaturahmi ke sanak saudara. Idul fitri mempersatukan semua, karna mungkin kita hanya bisa bertemu dengan kerabat jauh hanya pada saat idul fitri saja.
Pagi ini, aku bersiap-siap akan pergi bersama keluargaku untuk melanjutkan silaturahmi yang sempat tertunda. Karena kerudung yang akan aku gunakan terlihat kusut, aku berniat menyeterikanya. Begitu santai aku menyeterika, setengah bagian telah selesai aku kerjakan dan sisanya masih dalam proses. Sebelumnya aku merasa ada yang janggal, bau seperti bau hangus mulai tercium tapi aku tetap melanjutkan pekerjaanku. Tak lama kemudian, kobaran api kecil mulai muncul di ujung kabel. Sungguh, sungguh kaget aku melihatnya. Ini adalah kali pertama untukku, jelas aku merasa bingung, gupuh. Aku berteriak, ndak keras sih hanya menandakan kalau aku memang sedang bingung. Tapi aku berusaha tetap tenang mengatasinya. Kabel saklar aku tarik secepatnya. Untunglah, api yang muncul segera padam dan nyawa ini masih selamat :) jantung ini berdetak lebih cepat, masih terasa trauma yang mendera. Lama kelamaan, keadaan sudah kebali seperti semula. Tapi kerudungku belum selesai aku setrika.
Tujuan silaturahmi kami adalah Poncokusumo, Wajak, Sananrejo, dan Gadang. Ketika berada di Wajak, kami mengunjungi saudara dari kakekku. Yang kami kunjungi tak hanya satu rumah saja tapi banyak rumah. Jarak antarrumah yang dekat menyebabkan kami memilih untuk berjalan kaki saja. Tidak ada cerita khusus ketika berangkat berjalan kaki ke rumah saudara dan bersilaturahmi. Yang ingin aku ceritakan adalah ketika berjalan pulang.
Sawah dan sungai pun kami lewati. Aku melihat beberapa anak berenang dan meloncat ke dalam sungai yang bisa ku bilang keruh. Ketika aku berjalan tepat di samping sungai itu, salah seorang anak melompat ke sungai dan akhirnya, basahlah sebagian bajuku dan sayangnya nenekku yang berjalan di sampingku juga terkena air cipratannya. Hhhh. Aku tak bisa berbuat banyak. Hal pertama yang aku lakukan hanya melihat anak yang ‘melakukan tindakan loncat indah itu’ dan menggelengkan kepala. Aku tak ingin ntuk mencaci maki karna hanya akan membuatku menangis. Aku berdiam diri dan berkata dalam hati, menguatkan diri supaya bisa lebih bersabar. Semakin aku menguatkan diriku, semakin ingin aku untuk menangis. Aku mencoba mengambil hikmah di balik kejadian ini, ALLAH hanya ingin tuk menguji kesabaran yang telah aku minta dariNya dan semoga saja kesabaran ini tetap melekat padaku :)
Just think it easy and this will be truly easy :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar