RESUME MATERI MATA KULIAH STRUKTUR
DAN FUNGSI BIOMOLEKUL KI3161
Protein tersusun atas
berbagai macam asam amino. Interaksi antarasam amino berakibat pada pembentukan
struktur protein. Struktur protein dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener.
Setiap struktur memiliki kekhasannya masing-masing.
Interaksi paling
penting antarasam amino yaitu terbentuknya ikatan peptida. Ikatan peptida
terbentuk melalui mekanisme substitusi nukleofilik oleh gugus amina yang
terikat pada karbon alfa terhadap gugus karboksilat yang juga terikat pada atom
karbon alfa dari asam amino yang berbeda. Reaksi juga menghasilkan air sebagai produk
samping. Pada struktur primer protein hanya ada ikatan peptida sebagai
interaksi antarasam amino. Ikatan peptida yang terbentuk bersifat polar karena terdapat
momen dipol yang searah.
I.
STRUKTUR
PRIMER PROTEIN
Struktur protein yang
paling sederhana yaitu struktur primernya. Interaksi yang terjadi yaitu adanya
ikatan peptida yang saling menghubungkan antarasam amino. Terdapat banyak
ikatan sigma pada rantai primer protein sehingga dapat berputar bebas.

Pada struktur primer
protein terdapat banyak ikatan sigma yang dapat berotasi. Rotasi dapat
menyebabkan protein berada pada berbagai macam struktur. Namun pada
kenyataannya protein selalu menuju ke struktur tertentu. Terdapat beberapa faktor yang mengurangi kemungkinan
suatu struktur protein dapat terjadi, antara lain:
1.
Ikatan
rangkap pada ikatan peptida
Adanya
ikatan rangkap pada atom karbon membuat molekul memiliki struktur yang planar.
Ikatan rangkap pada ikatan peptida dapat beresonansi. Hal ini ditandai dengan
panjang ikatan C—N pada ikatan peptida bukan merupakan panjang ikatan sigma
maupun sigma dan pi tetapi di antara keduanya. Maka dari itu ikatan tersebut
tidak dapat berotasi dengan bebas.
2.
Halangan
sterik gugus samping asam amino
Rotasi
pada rantai protein dapat dilakukan apabila pada saat terjadi rotasi tidak ada
tabrakan antargugus samping residu sehingga tolakan di antara gugus-gugus
tersebut dapat dihindarkan.
3.
Proses
folding / pelipatan struktur protein
Pelipatan
protein terjadi karena adanya interaksi hidrofobik antara residu asam amino yang
nonpolar dengan pelarut polar misalnya air. Untuk memperkecil luas permukaan
kontak maka protein dapat melipat dirinya sehingga bagian nonpolar residu asam
amino pada rantai protein dapat dihindarkan dari pelarut. Proses yang disukai
tentu memberikan energi yang lebih rendah, dalam artian kestabilan strukturnya
sngat disukai. Pada proses pelipatan tertentu dapat dilepaskan sebagian energi
yang besar sebagai parameter entalpi sehingga protein akan lebih memilih untuk
melipat ke dalam struktur tertentu ini.
Dengan adanya ketidakbolehan
rotasi, kemungkinan struktur yang terbentuk dapat berkurang. Rotasi yang
diperbolehkan hanya boleh pada ikatan N—C alfa dan O=C—C alfa. Pada N—C alfa
disebut sudut putaran (sudut dihedral) phi sedangkan O=C—C alfa disebut sudut
putaran (sudut dihedral) psi.

Rotasi searah jarum jam akan
memberikan nilai sudut dihedral yang positif sedangkan bila berlawanan arah
jarum jam akan memberi nilai negatif. Nilai sudut dihedral phi dan psi
memberikan informasi mengenai struktur sekunder protein yang terbentuk. Hal ini
dapat disampaikan oleh diagram Ramachandran.

Dalam
diagram di atas area krem sesuai dengan konformasi di mana atom
dalam polipeptida mendekat
dari jumlah mereka van der Waals radhiyallahu. Daerah ini sterik dianulir karena semua
asam amino kecuali glisin yang unik karena
tidak memiliki rantai samping. Daerah merah sesuai
dengan konformasi di mana tidak
ada bentrokan sterik, yaitu ini adalah daerah diperbolehkan yaitu konformasi
alfa heliks dan
beta-sheet. Daerah
kuning menunjukkan daerah diizinkan jika sedikit
lebih pendek van der Waals radhiyallahu digunakan
dalam perhitungan, yaitu atom yang diizinkan untuk datang sedikit lebih dekat bersama-sama. Ini membawa
keluar daerah tambahan
yang sesuai dengan alpha-helix kidal.
Asam L-amino tidak dapat membentuk daerah heliks kidal
diperpanjang tapi kadang-kadang residu individu
mengadopsi konformasi ini. Residu ini
biasanya glisin tetapi juga dapat
asparagin atau aspartat
mana bentuk rantai
samping ikatan hidrogen dengan rantai utama dan
oleh karena menstabilkan konformasi
dinyatakan tidak menguntungkan ini. 3 (10) helix terjadi dekat
dengan kanan atas wilayah alpha-heliks dan
di tepi daerah diperbolehkan
menunjukkan stabilitas yang lebih rendah.
Daerah dianulir umumnya melibatkan halangan sterik antara rantai samping C-beta gugus metilen dan
atom rantai utama.
Glycine tidak memiliki rantai samping dan karena itu dapat mengadopsi phi dan
sudut psi di keempat kuadran
dari plot Ramachandran.
Oleh karena itu sering terjadi pada gilirannya daerah protein
mana residu lainnya
akan sterik terhambat.
II.
STRUKTUR
SEKUNDER PROTEIN
Struktur sekunder protein sedikit lebih rumit
dibandingkan dengan struktur primernya. Pada struktur sekundernya, protein
lebih berinteraksi dengan sesama rantai primernya yaitu dengan membentuk ikatan
hidrogen pada ikatan peptidanya. Kemungkinan struktur yang terbentuk akibat
interaksi ikatan hidrogen ini adalah alfa heliks dan lembaran beta.

struktur
alfa heliks dapat terbentuk karena adanya ikatan hidrogen yang terjadi pada
residu i dengan residu ke i + 4. Setiap terbentuk satu ikatan
hidrogen maka sudah satu putaran protein yang terbentuk. Dapat dikatakan bahwa
satu putaran protein alfa heliks sudah melibatkan empat residu asam amino.
Secara kuantitatif, telah diukur bahwa satu putaran protein alfa heliks
berjarak 5,4A dengan melibatkan 3,6 residu asam amino. Gugus samping asam amino
pada protein alfa heliks semuanya menghadap keluar sumbu heliks, hal ini
terjadi untuk meminimalkan tolakan dalam heliks dan tercapai kestabilan
struktur. Apabila protein alfa heliks berada pada medium polar, maka seharusnya
gugus samping asam amino bersifat polar juga supaya ada interaksi dipol-dipol
antara protein dengan pelarutnya.
Struktur heliks dapat dipengaruhi
kestabilannya, terdapat pengaruh penguatan struktur dan pelemahannya. Penguat/
penstabil struktur heliks yaitu adanya interaksi ionik antara residu asam dan
basa pada posisi i dengan i + 4 dan adanya interaksi residu
aromatik pada posisi i dengan i + 4. Sebagai pelemah struktur yaitu
adanya protein dengan konformasi D, yaitu putar kiri. Asam amino pada umumnya
memiliki konformasi L yaitu putar kanan, apabila disisipi dengan asam amino D
maka akan terbentuk struktur yang cisoid sehingga dapat memengaruhi kestabilan
heliks alfa. Adanya tolak menolak pada gugus residu asam amino pada posisi i dengan i + 3. Hal ini mempersulit terbentuknya ikatan hidrogen pada residu
posisi i dengan i + 4, yang terjadi seolah-olah residu i ingin berjauhan dengan residu i
+ 4 padahal harus membentuk ikatan hidrogen, jadi kestabilannya kurang.
Residu prolin dan glisin pada struktur alfa heliks juga dapat mengganggu.
Residu prolin akan membentuk konformasi yang cisoid dan menimbulkan belokan
pada struktur. Prolin dapat membentuk konformasi yang cisoid karena gugus
sampingnya relatif besar.
Selain struktur alfa heliks,
ternyata juga terdapat struktur heliks yang lain seperti gamma ribbon helix, 310 helix, dan pi helix. Masing-masing struktur pasti terjadi ikatan hidrogen
namun dengan urutan residu yang berbeda.

Selain struktur alfa heliks, juga terdapat lembaran
beta sebagai penyusun struktur sekunder protein. Lembaran beta sendiri dapat
disusun secara paralel maupun anti paralel sebab gugus samping residu protein
dapat saling berinteraksi hidrofobik.

Pada
susunan lembaran beta yang anti paralel terdapat interaksi yang hidrofobik bila
gugus sampingnya bersifat nonpolar dan dipol-dipol apabila gugus sampingnya
bersifat polar antaresidu asam amino. Interaksi ini merupakan salah satu aspek
penstabil suatu struktur protein. Namun apabila diteliti lagi, terdapat
kemungkinan halangan sterik pada interaksi gugus samping. Pada struktur
lembaran beta yang paralel, ikatan hidrogen yang terbentuk seolah olah miring.

Jenis terakhir dari tipe sruktur
sekunder yaitu turn (belokan).
Struktur belokan ini terjadi karena adanya residu prolin yang diikuti oleh
glisin. Residu prolin lebih stabil apabila berada pada konformasi cisoid dan
residu glisin karena memiliki gugus samping atom hidrogen maka halangan
steriknya kecil sehingga mampu mengakomodir halangan sterik yang diberikan oleh
residu prolin.


Terdapat
dua macam belokan, yaitu belokan beta dan gama. Pada belokan beta terjadi
interaksi antara residu i dengan
residu i + 3 sedangkan pada belokan
gama terjadi inteaksi pada residu ke i dengan
residu ke i + 2.
III.
STRUKTUR
TERSIER PROTEIN
Struktur tersier protein
merupakan gabungan dari struktur sekundernya. Dalam sebuah rantai protein
memungkinkan adanya struktur alfa heliks secara keseluruhan, struktur lembaran
beta secara keseluruhan, struktur alfa heliks dan lembaran beta yang bergantian
secara berurutan, dan struktur alfa heliks terlebih dahulu kemudian lembaran
beta hingga akhir atau kebalikannya, semua dalam satu rantai protein. Selain
ikatan hidrogen pada rantai peptida, pada struktur tersier terdapat interaksi
yang lebih kompleks. Interaksi tersebut terjadi pada gugus-gugus samping asam
amino, interaksi tersebut antara lain interaksi hidrofobik, interaksi
dipol-dipol, interaksi ionik, dan ikatan yang terbentuk akibat coupling pada residu tertentu semisal
antarsistein akan membentuk jembatan disulfida dan antartirosin akan membentuk
jembatannya.

Struktur tersier protein juga
dapat distabilkan oleh pembentukan senyawa kompleks dengan ion logam tertentu.
Protein juga memiliki
struktur yang disebut motif. Definisi motif yaitu lipatan atau substruktur yang
berulang dalam struktur protein. Motif ini merupakan kombinasi alfa heliks dan
lembaran beta. Terdapat berbagai macam jenis motif, antara lain Greek key, Jelly roll, dan motif
beta-alfa-beta.
Motif Greek key
terdiri dari empat helai antiparalel
berdekatan dan loop mereka menghubungkan. Ini
terdiri dari tiga helai antiparalel
dihubungkan dengan jepit rambut, sedangkan keempat adalah berdekatan dengan yang pertama dan terkait dengan ketiga
dengan loop lagi. Jenis bentuk struktur
dengan mudah selama proses protein folding.

Karena kiralitas
asam amino komponennya,
semua helai memperlihatkan
"tangan kanan" memutar jelas di sebagian besar tingkat tinggi β struktur
lembar. Secara khusus, menghubungkan lingkaran antara dua untaian sejajar hampir selalu memiliki crossover
kiralitas kidal, yang
sangat disukai oleh twist yang melekat lembaran.
Menghubungkan lingkaran ini sering mengandung
daerah heliks, dalam
hal ini disebut motif β-α-β.

Gambar
motif alfa-beta-alfa

Gambar
motif jelly roll yang terdiri atas 6
buah struktur lembaran beta

Motif psi yang jarang
ditemui karena proses folding yang relatif sulit. Motif ini memiliki dua
lembaran beta antiparalel dan sebuah alfa heliks. Di antara lembaran beta
antiparalel terdapat lembaran beta lain yang berinteraksi melalui ikatan
hidrogen ke kedua lembaran beta yang lain.
Pada struktur tersier memiliki
struktur yang disebut domain. Domain merupakan unit-unit globular yang
independen satu sama lain. Domain dapat melakukan folding tanpa harus menggaanggu dan bergantung kepada domain yang
lain. Dalam satu rantai protein dapat memiliki banyak jumlah domain, asalkan
masih dalam satu rantai.
IV.
STRUKTUR
KUARTENER PROTEIN
Struktur kuartener protein
merupakan gabungan dari subunit-subunit struktur lainnya. Antarsubunit tidak
terhubung satu sama lainnya. Keuntungan pembentukan struktur kuartener antara
lain:
1.
Mengurangi
kontak dengan pelarut dapat memperbesar entropi larutan dan memperkecil
entalpi.
2.
Efisiensi
genetik. Biasanya dalam struktur kuartener terdapat subunit yang strukturnya
persis sama. Untuk melakukan sintesis protein terdapat proses replikasi, jadi
untuk menghemat energi tidak perlu membuat kode yang sama hanya perlu untuk
mengulang saja.
3.
Menggabung
sisi katalitik.
4.
Kooperatif.
Subunit lain dapat memengaruhi kemampuan afinitas subunit terhadap substrat.
Terdapat kooperatif positif dan negatif. Kooperatif positif berarti subunit
lain dapat meningkatkan afinitas terhadap substrat. Sedangkan kooperatif
negatif berarti kebalikannya, menurunkan afinitas subunit terhadap substrat.
KETAHANAN PROTEIN TERHADAP
TEMPERATUR
Protein
dibedakan menjadi tiga kelompok berdasar ketahanannya terhadap protein, yaitu:
1.
Protein
mesofilik, memiliki ketahanan maksimum pada temperatur 50oC.
2.
Protein
termofilik, tahan terhadap temeperatur tinggi. Protein termofilik terdapat dua
jenis yaitu termofilik medium dan termofilik hiper. Termofilik medium tahan
maksimum 80 oC sedangkan termofilik hiper mampu berada pada
temperatur lebih dari 80 oC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar